Banyak orang masih memiliki anggapan kalau menginvestasikan penghasilannya dalam bentuk saham sama saja dengan bermain judi. Namun hal ini tidak berlaku bagi Ryan Filbert, seorang lulusan sarjana seni rupa yang memberanikan diri untuk belajar trading saham sejak usia 18 tahun. Jauh berbeda dengan jurusan kuliahnya, Ryan mulai belajar saham dari berbagai sumber sampai akhirnya beliau sukses bermain dengan saham dan memiliki banyak saham di perusahaan yang berada di Indonesia dan Amerika. Ryan Filbert ingin membagikan pengalaman dan ilmunya kepada masyarakat Indonesia maka sudah banyak perusahaan, kampus dan komunitas yang beliau datangi. Beliau juga membagikan lewat 13 buku yang sudah ditulisnya mengenai investasi dan saham. Pada hari ini, Rabu, 7 Desember 2016, Ryan Filbert berkesempatan menjadi pembicara pada seminar Proud To Be a Young Investor yang diadakan oleh IVEST dibawah naungan Galeri Investasi dan Perpajakan. Acara ini dibuka dengan kata sambutan dari Bapak Dr. Agus Triyono Wahyudi, M.M. yang kemudian dilanjutkan dengan materi seminar.
Ryan Filbert membagikan pengetahuannya mengenai saham pada PT Unilever. Saham yang ingin dijual Unilever sebesar 202 juta triliun, namun karena sulitnya mendapatkan investor yang mau mengambil seluruhnya, saham tersebut dibagi sekitar 7 milyar sehingga mendapatkan hasil Rp 37.000/lembar sahamnya dan sekarang meningkat menjadi Rp 42.000/lembar saham. Menurut Ryan, hal utama yang harus dipahami dari investasi saham adalah harus tekun melihat perubahan harga pasar saham karena jika saat harga rendah, kita harus membelinya yang kemudian dijual lagi saat harga saham itu tinggi. Investasi saham memiliki beberapa konsep, namun Ryan menyarankan untuk menggunakan satu metode saja yaitu metode investasi dari Peter Lynch (Manajer Investasi dengan reksa dana terbesar di tahun 1977) karena dianggap lebih mudah dipelajari dan diterapkan. ?Tidak selamanya orang sukses dan pintar berhasil dalam hal investasi?, pendapat beliau. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa orang sukses yang mendirikan perusahaan mengalami penurunan harga saham secara drastis hingga kebangkrutan pada perusahaan tersebut.
Dalam melihat keuntungan, Ryan menyarankan untuk melihat profil perusahaan tersebut terlebih dahulu. Lihat apakah dalam 10 tahun terakhir perusahaan tersebut mengalami keuntungan terus menerus apa tidak. Jika kita ingin berinvestasi harus yakin terlebih dahulu bahwa investasi kita ini adalah investasi jangka panjang walau sulit mencari yang jangka panjang. Ciri perusahaan yang mendapat untung hingga 10 tahun berturut-turut adalah perusahaan yang masuk dalam index selektif dan dari 116 perusahaan hanya kurang dari 20 perusahaan yang dapat terliquid. Beliau berpendapat bahwa saham dapat menentukan posisi dengan 3 aturannya, yaitu :
1. Seberapa yakin anda pada saham?
2. Saham itu tidak semuanya bagus meskipun nama perusahaannya terkenal dan bagus
3. Punya metode apa tidak dalam memilih temapt untuk berinvestasi?
Investasi itu berbeda dengan berdagang dan investasi tidak sama dengan berjudi. Ryan menjelaskan dengan perumpanan tentang sapi. Jika kita merawat sapi hingga dapat memproduksi susu, itu dapat dikatakan sebagai investasi. Sedangkan jika kita hanya merawat sapi lalu menjualnya, itu adalah berdagang. Namun tidak selamanya investasi itu mendapatkan untung, begitu juga Ryan. Ryan sempat mengalami rugi hingga 60% pada saham yang ia investasikan di salah satu perusahaan di Amerika. ?Kesulitan terbesar saat melakukan investasi saham adalah tidak kenal pada perusahaannya dan tidak tahu tentang saham,? ujar Ryan. Maka Ryan memberikan tips untuk Kalbiser yang ingin mulai belajar berinvestasi di saham yaitu :
1. Pilihlah saham yang produknya masih digunakan di masa sekarang
2. Carilah partner investasi untuk berguru atau belajar
3. Miliki mental dalam bermain saham namun tidak main-main saat bermain saham.