Unika Atma Jaya menyelenggarakan acara Sharing of Research Results “On the Importance of Combining Epigraphic, Art Historical, and Archaeological Data at the National Museum of Indonesia”

Jakarta, 19 Desember 2016 – Pusat Kajian Bahasa dan Budaya (PKBB) Unika Atma Jaya menyelenggarakan acara Sharing of Research Results “On the Importance of Combining Epigraphic, Art Historical, and Archaeological Data at the National Museum of Indonesia” di ruang rapat K22.03 gedung K2 lt.2. Acara yang disponsori oleh American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) menghadirkan Dr. Jonathan Zilberg (University of Illinois at Urbana-Champaign) sebagai pembicara.

“Seminar ini sebagai bentuk kontribusi Unika Atma Jaya untuk membantu mendesiminasikan hasil penelitian ahli sejarah serta mensosialisasikan pentingnya museum kepada masyarakat terutama para anak-anak muda,” ungkap Yanti selaku ketua acara.

Anak muda saat ini juga cenderung tidak peduli terhadap sejarah Indonesia. Ketika berkunjung ke museum, mereka cenderung hanya lewat saja tanpa membaca penjelasan dari peninggalan sejarah di museum tersebut. Jonathan mengatakan perlu adanya penanaman pola pikir kepada setiap orang terutama anak muda saat ini, bahwa peninggalan sejarah adalah aset bangsa yang berharga dan perlu dipelihara dengan baik. Warisan sejarah berguna untuk masa depan. Oleh karena itu, generasi muda perlu memahami sejarah Indonesia agar bisa memahami masa sekarang. Berkunjung ke museum serta memahami sejarah peninggalan-peninggalan di museum dapat menjadi pintu utama bagi generasi muda untuk mulai mengenal sejarah Indonesia.

Selain kurang peduli, generasi muda Indonesia masih kurang kritis terhadap penjelasan yang ada di museum. Mereka cenderung menerima begitu saja penjelasan yang ada tanpa mempertanyakan kebenarannya. “Suatu prasasti atau arca biasanya terdapat tulisan kuno dan seringkali tidak dapat terbaca. Akan tetapi terjemahan tulisan ada di museum atau di internet. Ini sungguh tidak masuk akal karena bagaimana bisa menerjemahkan tulisan tersebut sementara tulisannya saja sama sekali tidak dapat terlihat,” ujar Jonathan.

Jonathan menambahkan perlu adanya konektivitas antara tubuh, hati dan pikiran agar dapat melihat suatu objek secara berbeda. Dengan melihat suatu objek dari sudut pandang yang berbeda, kita dapat menemukan hal-hal yang menarik untuk dipertanyakan. Kita akan meneliti hal tersebut untuk mencari suatu kebenaran dibalik sejarah yang ada.

Perkembangan teknologi yang ada dapat mempermudah perolehan informasi terkait sejarah Indonesia. Namun tidak semua situs-situs di internet memiliki informasi yang kredibel. Informasi yang salah akan berdampak buruk terhadap pemahaman sejarah generasi berikutnya. Jonathan menambahkan generasi millennial saat ini tidak bisa mempercayai informasi dari internet secara begitu saja, karena banyak sumber yang tidak terpercaya dan informasi yang salah. Sebagai generasi muda yang cerdas, seharusnya memastikan kembali kebenaran informasi yang didapat dari internet melalui buku-buku di toko buku, museum dan jurnal-jurnal online yang bereputasi. Langkah ini dapat meminimalisir pemahaman yang salah terhadap sejarah.

Jangan Pernah Meninggalkan Sejarah (Jasmerah) adalah salah satu semboyan Bung Karno yang harus melekat pada generasi muda Indonesia saat ini. (SH)

Loading